SRINDO News, Jakarta - Ketua BEM UI Melki Sedek Huang menjadi sorotan publik setelah kritikannya terhadap Presiden Jokowi dinyatakan "dipelintir" menurut Melki. Dalam video yang diunggah di kanal YouTube Abraham Samad SPEAK UP dan dikutip pada Senin (26/6), Melki menyoroti masa akhir kekuasaan Jokowi dan menggunakan istilah "berdarah-darah".
Melki mengklaim bahwa kalimatnya tersebut telah dipelintir oleh beberapa situs dan akun. Padahal, konteks kalimat tersebut bukanlah permintaan agar Jokowi turun dari jabatannya.
"Konteksnya adalah bahwa sebelumnya ada satu juta surat dari rakyat Indonesia untuk Pak Jokowi. Surat tersebut meminta agar Pak Jokowi serius dalam mewujudkan demokrasi dan memperkuatnya. Ketika MC (host) menanyakan apa yang akan terjadi jika permintaan tersebut tidak dijawab, saya berkata seperti itu," jelas Melki.
"Marilah kita lihat apakah Pak Jokowi akan mengakhiri masa kekuasaannya dengan baik atau dengan konflik yang berdarah-darah. Saya berharap Pak Jokowi akan menunjukkan niat baiknya kepada masyarakat dengan memperkuat gerakan antikorupsi," lanjutnya.
Melki juga mengungkapkan bahwa setelah videonya menjadi viral dengan narasi yang salah, dia menerima ancaman, termasuk ancaman pembunuhan.
"Banyak kelompok masyarakat yang emosinya terbawa. Saya menerima ancaman yang sangat beragam sejak video tersebut tersebar, dan ponsel saya terus menerus menerima pemberitahuan. Di Twitter, saya disebut-nyebut, di-tag, di Instagram juga, semua postingan saya dikomentari. Lebih dari seribu komentar," ungkap Melki, seorang mahasiswa Fakultas Hukum.
"Saya juga menerima pesan langsung (DM). Isinya berupa ajakan duel, tawuran, perkelahian, ancaman agar saya berdarah-darah, dilaporkan kepada polisi, atau tidak akan melihat matahari lagi. Ancaman pembunuhan juga datang. Ancaman tersebut sangat bervariasi," tambahnya.
Berikut screenshot ancaman dari DM akun Instagram Melki Huang